Pages

Subscribe:

Jumat, 30 Desember 2011

Kemiskinan yang ada di Jakarta


     Kaya dan miskin itu adalah sebuah anugerah. Tidak ada satu orang pun didunia ini yang berkeinginan untuk menjadi orang miskin selama hidupnya, apalagi hingga menurun ke anak cucu. Tetapi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin yang terjadi di kota metropolitan ini laksana gunung yang tinggi menjulang dan jurang dalam mencekam. Si kaya bisa dengan enaknya menghambur-hamburkan uangnya sekejap saja demi sepotong roti dan secangkir minuman, tapi si miskin pun harus berdiri seharian penuh diperempatan jalan hanya untuk mendapatkan uang recehan tuk bertahan hidup hingga ke esok harinya. 
Kemiskinan, sebuah fenomena sosial yang tak dapat kita pungkiri nyata terlihat di kota ini. Konsep kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan beragam. bahwa kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. standard kehidupan yang rendah tersebut nampak langsung pengaruhnya terhadap aspek sosial seperti tingkat pendidikan, kesehatan, kehidupan moral dan harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Kemiskinan ini kita dapat duga berasal dari sebuah penambahan penduduk ilegal yang selama ini tumbuh subur di kota besar. Bayangan akan megahnya kota besar seperti Jakarta menjadi alasan mereka yang tak memiliki skill pekerjaan atau pendidikan yang memadai. Pasar persaingan yang ditetapkan kota ini membuat mereka yang tidak memiliki kompetensi teringkir dari persaingan yang cukup kejam. Kemiskinan menjadi efek yang telak atas gagalnya persaingan yang coba mereka lakukan di Kota Jakarta.
Dari kemiskinan tersebut, menimbulkan efek yang bercecer, seperti pemukiman liar, gelandangan, dll. pemukiman liar dan gelandangan (Studi di Jakarta dan Purwokerto),  merupakan konsekuensi logis yang muncul akibat gangunan dan pengembangan perkotaan. Timbulnya gelandangan di perkotaan terjadi karena adanya tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberi kesempatan yang lebih baik di kota.
Lebih lanjut dalam studinya ia membagi kondisi kehidupan dalam dua hal
yaitu perumahan (sulitnya gelandangan mendapatkan perumahan, sehingga mereka memanfaatkan tanah-tanah liar sebagai pemukiman dengan mendirikan gubuk-gubuk), serta mata pencaharian (aktivitas ekonomi dilakukan dengan mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual kembali).
dalam sosiologi, Gelandangan ini, menciptakan fenomena gepeng, anak punk, dan gemstas yang nantinya akan membentuk suatu gejala perilaku kriminal oleh karena sebuah rasa pengucilan yang mereka dapatkan secara psikologis ataupun tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Kriminalitas oleh karena marjinalitas yang mereka dapatkan tidaklah sepenuhnya menjadi kelahan mereka, namun lebih tepatnya tanggung jawab pengemban amanat rakyat, yakni pemerintah.
Belum lagi penyimpangan sosial yang terjadi oleh karena aspek sisi kelam kota ini, yakni fenomena banci dan psk. Kedua fenomena sosial ini menjadi hal yang telah lama kita ketahui sebelumnya. Sekali lagi permasalahan kemiskinan menjadi kunci jawaban timbulnya fenomena tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar